MITRA ORGANIK INDONESIA HADIR UNTUK MENJADIKAN PETANI INDONESIA MAJU DAN SEJAHTERA BERSAMA

Kamis, 29 Agustus 2013

Teknis Budidaya Bawang Merah


Bawang merah adalah jenis tanaman umbi yang terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang kemudian berubah bentuk dan fungsinya yang seakan-akan umbi berlapis, rasanya sedikit manis dibanding bawang besar, bawang merah cocok untuk bumbu masak bagi masakan asia pada umumnya, dengan stok yang sangat minim untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri, harga bawang merah masih sangat mahal pada waktu tulisan ini diposting harganya Rp 60.000,-/kg dipasaran dengan harga yang lumayan dasyat banyak petani bawang merah meraup keuntungan yang sangat besar, bayangkan jika harga bawang merah Rp 30.000/kg saja dan satu hektarnya keluar ±10 ton berapa angka yang diraih oleh seorang petani bisa nyampe Rp 300.000.000/hektar dengan modal ±Rp 100.000.000/hektarnya. Modal tersebut untuk biaya antara lain:
Sewa lahan : Rp 3.500.000,- sekali tanam
Pengolahan tanah : Rp 8.000.000,-
Pengairan : Rp 3.000.000,-
Benih : Rp 72.000.000,-
Biaya tanam : Rp 1.000.000,-
Pupuk dan pestisida : Rp 5.500.000,-
Tenaga kerja : Rp 4.000.000,- untuk 2 orang selama 2 bulan.
Lain-lain : Rp 3.000.000,-

Total biaya diatas adalah 100.000.000,- dan kebutuhan modal bisa berubah-ubah tergantung biaya benih dan jasa tenaga kerja daerah masing-masing. Jadi anda bisa prediksi sendiri kebutuhan modal dalam menanam bawang merah per hektarnya atau jika Anda bertanya apa bisa kita menanam ½ atau
¼ hektar saja? Oh tentu bisa kita tinggal bagi saja sesuai kemampuan. Bagaimana? apa Anda tertarik menanam bawang merah? Mari kita lanjutkan ke teknis bertanam bawang merah.
A. PRA TANAM
1. Syarat Tumbuh

Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 – 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-320 C
2. Pengolahan Tanah
sebarkan bokashi yang sudah difermentasi dengan SOT dan PHEFOC di lahan dengan dosis 8 ton/hektar.
Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu).
Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm.
Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
Untuk mencegah serangan penyakit layu dan mencegah gulma semrotkan PHEFOC
3. Pupuk Dasar

Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.

Siramkan pupuk Suplemen Organik Tanaman (SOT) yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1-2 botol/1000 m2 dengan cara :
Alternatif 1 : 1 botol SOT dicampur dalam 3 liter air ditambah gula pasir 2 ons untuk dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 tutup botol SOT ditambah gula pasir 2 sendok makan untuk menyiram 5-10 meter bedengan. Biarkan selama 5 – 7 hari
4. Pemilihan Bibit
Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)


B. FASE TANAM
1. Jarak Tanam

Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Bima curut atau pada Musim Hujan 20 x 15 cm

2. Cara Tanam

Umbi bibit direndam dulu dalam larutan PHEFOC + air ( dosis 1 tutup/lt air ) lalu ditutaskan biarkan selama 1 hari
kemudian rendam kembali kedalam larutan SOT + air (dosis 1 tutup/lt air) lalu tutaskan dan
Simpan selama 2 hari sebelum tanam
Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.
C. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 – 10 HST )
1. Pengamatan Hama

Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.

Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan PHEFOC . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan PHEFOC.

Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PHEFOC.
Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan PHEFOC.

Kenapa semua pengganggu tanaman dikendalikan oleh PHEFOC? Ya karena PHEFOC memiliki keunggulan mengendalikan semua pengganggu tanaman seperti ulat, belalangan, jamur dan tanaman gulma. Untuk pencegahan sebaiknya semprotkan larutan PHEFOC dengan dosis 8 tutup botol/ 15 lt air dimulai dari 10-55 HST dilakukan seminggu sekali.
2. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST jika diperlukan dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang tumbuh karena kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang

Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).
3. Pemupukan pemeliharaan/susulan

Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.

Pemupukan dilakukan 2 kali
( dosis per 1000 m2 ) :
2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl

Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya.
Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.
4. Pengairan

Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %
Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah
Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman
D. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )
1. Pengamatan Hama dan Penyakit

Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua
Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan.

Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman.

Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan.

Penyakit oleh virus.
Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.

Busuk umbi oleh bakteri.
Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.
Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.
Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).
Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan. PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.
2. Pengelolaan Tanaman
30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.
Penyemprotan SOT dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.
E. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 – 50HST )

Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.
F. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST )

Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.
G. PANEN DAN PACA PANEN
1. Panen
60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 – 90 hari.
Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek.
Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong).

2. Pasca Panen
Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.
Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.

Demikian panduan teknis cara menanam bawang merah semoga bermanfaat, jika kurang dimengerti mohon konsultasikan dulu sebelum memulai budidaya bawang merah, atau jika ada kesalahan dalam pembuatan artikel ini mohon berikan masukan/komentar demi kemajuan kita bersama, terima kasih.

Untuk pemesanan produk SOT dan PHEFOC dari PT HCS bisa langsung tekan kontak kami di atas karena Stockist HCS melayani penjualan secara online dimanapun, kapanpun dan berapapun kami siap kirim ke alamat Anda.
 INFO PRODUK HUB: 081343236243  

1 komentar:

  1. waahh jadi pengen kembali ke desa dan bangun desa nich.pertanian dan peternakan organik ini sangat potensial dan menjanjikan

    BalasHapus