MITRA ORGANIK INDONESIA HADIR UNTUK MENJADIKAN PETANI INDONESIA MAJU DAN SEJAHTERA BERSAMA

Sabtu, 15 Maret 2014

Mahasiswa Yogya Buat Briket dari Limbah Sabut Kelapa

Sebagai salah satu negara di kawasan tropis, Indonesia merupakan salah satu penghasil buah kelapa terbesar di dunia.

Selama ini, sebagian masyarakat hanya memanfaatkan pohon kepala dari mulai batang kepala untuk bahan bangunan, daun kelapa. Khususnya, lidi untuk kerajinan, buah kelapa untuk keperluan masak atau diolah menjadi minyak, dan batok kelapa dibuat arang atau kerajinan tangan.

Sedangkan serabut kelapanya kerap kali dibuang atau hanya untuk kayu bakar yang tidak punya nilai ekonomi yang tinggi.

Kondisi ini memunculkan ide untuk memanfaatkan limbah sabut kelapa menjadi suatu bahan bakar alternatif atau briket, yang dicetuskan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Mereka adalah Dewi Purwanti dari prodi kebijakan pendidikan FIP UNY, Putri Utha C dari prodi pendidikan kimia FMIPA, serta Erba Firstananda dan Desi Analisa Nababan dari prodi pendidikan matematika FMIPA UNY.

Menurut ketua kelompok Dewi Purwanti, mereka memilih untuk mendaur ulang limbah sabut kelapa ini karena apabila sabut kelapa tersebut hanya ditumpuk dan tidak dikelola, hanya akan mencemari lingkungan yang menyebabkan kesehatan bisa terganggu.

"Masyarakat setempat akan merasa tidak nyaman dengan adanya tumpukan sabut kelapa tersebut. Untuk itu, kami inisiatif membuat sabut kelapa menjadi briket. Selain bermanfaat bagi masyarakat juga dapat mengurangi pemakaian gas elpiji untuk memasak," tutur Dewi, di Kampus Universitas Negeri Yogyakarta, Selasa 28 Januari 2014.

Anggota kelompok lainnya, Putri Utha menambahkan, mereka bekerja sama dengan masyarakat Dukuh Sorogaten II, Karangsewu, Galur, Kulon Progo, untuk melakukan pelatihan pembuatan briket limbah sabut kelapa sebagai energi alternatif.

"Kami memilih dukuh Sorogaten, karena sebagian besar masyarakat bermatapencaharian sebagai petani. Diharapkan masyarakat juga dapat memanfaatkan limbah sabut kelapa tersebut, untuk kerajinan lain yang bisa menghasilkan manfaat," katanya.

Sebagai daerah penghasil kelapa, beberapa warga masyarakatnya menjadi penjual kelapa dan beberapa lainnya menjadi pengusaha wingko babat yang menghasilkan limbah sabut dan tempurung kelapa.

"Selama ini, limbah tempurung dan sabut kelapa digunakan sebagai pengganti kayu bakar. Akan tetapi panas yang ditimbulkan terlalu tinggi sehingga menyebabkan rusaknya peralatan rumah tangga," jelas Putri.

Sementara itu, Erba Firstananda juga mengatakan bahwa briket adalah arang yang diproses sedemikian rupa sehingga mempunyai daya serap yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap.

"Briket dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbon baik organik maupun anorganik. Serabut kelapa dapat dijadikan bahan alternatif pembuatan briket, karena mengandung unsur karbon yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi atau bahan bakar," jelasnya.


Cara membuat briket
Erba menjelaskan cara pembuatan briket limbah sabut kelapa tersebut. Pertama-tama, sabut kelapa yang akan dijadikan briket disiapkan, kemudian sabut kelapa tersebut dibakar pada tempat pembakaran berupa drum yang diberi lubang sebagai tempat keluarnya asap pembakaran. Alat dilengkapi dengan pipa pendingin untuk proses kondensasi asap menjadi asap air.

Setelah semua bahan terbakar lalu didinginkan selama satu malam, kemudian ditumbuk agar halus dan diayak. Sementara itu buat cairan perekat dari larutan tepung kanji yang telah dipanaskan, lalu campurkan arang sabut kelapa dengan lem kanji, dengan perbandingan 600 cc lem perekat dan satu kilogram arang sabut kelapa.

Kemudian, cetak adonan sesuai dengan alat cetak atau dengan pipa paralon dan dijemur selama kurang lebih satu hari. Voila! Briket telah siap digunakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar